TEOLOGI PEMEBASAN: GUSTAVO GUTIERREZ
TEOLOGI
PEMBEBASAN: GUSTAVO GUTIERREZ
DARI
BUKU A. SURYAWATI S.J
Pengantar
Buku Teologi Pembebasan: Gustavo Gutierrez ini ditulis
oleh A. Suryawati tahun 2001, diterbitkan oleh percetakan Jendela Grafika
Yogyakarta. Buku ini berjumlah 196 halaman. Menurut penulis, buku ini lanjutan
dari skripsinya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1975. Isi dari
buku ini bersifat teoretis, namun jika dibaca lebih dalam merupakan penyadaran
dan diharapkan suatu praksis teologi yang kontekstual. Pembahasan diawali
dengan perkenalan siapa itu Gustavo Gutierrez titik tolak teologinya, pandangan
Gutierrez atas sitausi Masyarakat, pandangannya dengan Praksis Gereja di
Amerika Latin dan refleksi Teologi Guitierrez atas praxis Gereja, tentang iman
dan manusia juga misi Gereja. Dilanjutkan dengan para responden dari teologi
pembebasan teologi pembebasan Gutierrez: diantaranya, Jacques Nieuwenhove, G.
Cottier, Philip E, Berryman, A Garcia Rubio. Bagian berikut Refleksi atas
teologi pembebasan Gutierrez: teologi yang bertolak dari refleksi teologi
praxis, kesatuan antara orthodoxi dan orthopraxi, arti perkembangan manusia
dalam sejarah, teologi pembebasan Gutierrez adalah teologi realistis, arti
menderita. Terakhir, teologi pembebebasan Gutierrez dan Katekese: usaha
penyadaran, katekese sebagai sarana penyadaran, tujuan katekeses pembebasan,
metode katekese pembebasan.
Tulisan ini hanya lebih merupakan intisari dari
pengantar buku Teologi Pembebasan: Gustavo Gutierrez sendiri, A Theology of
Liberation yang di tulisanya edisi 1988. Kalau pun intisari dari pengantar,
dapat dikatakan memuat inti dari buku ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk
para rekan-rekan yang bergelut dalam disiplin ilmu teologi secara khusus, juga
secara keseluruhan bagaimana mengimani Allah dan mengekprasikan imannya secara
nyata, terutama dalam dunia-dunia yang mencekam, memenderitakan dan memiskinkan
untuk mengeluarkan mereka dari keterdindasan dan kemiskinan mereka.
Refleksi Teologis
Teolog pembebas tertarik pada Neo-Marxisme. Gustavo sendiri
banyak mengutip teori Marxisme, Luis Althusser, Helbert Masrcus, Lucian Golman
dan Ernest Mandel. Gerakan mereka sgan dipengaruhi teori ketergantungan yang diintrodusir
Fernando Hedrique Cardoso, Andre Gunder Frank, Theotorio dos Santos dan Annibal
Quijano.
Gustavo dan teolog pembebas lainnya menekankan
beberapa tema trasisi Marsxis (humanisme , alienasi, praksis dan utopis),
sekaligus menolak materialisme, ateisme dan sumber Marxisme.
Gustavo adalah teolog pembebasan yang mempunyai reputasi
internasional dan berjasa mengembangkan teologi pembebasan. Gustavo menerbitkan
“The Future of Liberration Theology:
essay in Honor of Gustavo Gutierrez,” sebagai satu cara menghormati dirinya
tahun 1989.
Gustavo menulis buku-buku: The Power of the Poor in History (1938); We Drink From Our own Wells: The Spritual Journey of a People (1984); On Job: God-talk and the Suffering of the
innocent (1987); The truth shall Make
You Free: Confrontations (1990); The
God Of Life (1991); Las Casas: In
search of the poor of Jesus Chirist (1993); Sharing the Word (1997).
Teologi pembebasan merupakan refleksi kristis atas
praxis orang beriman untuk pembebasan manusia, terutama orang-orang miskin,
dari ketidakadilan dan penindasan. Teologi Praksis ini merupakan perwujudan
solidaritas praksis orang miskin sendiri dari hari ke hari berjuang untuk
membebasakn mereka dari ketidakadilan dan penindasan, iman dan tindakan tak
dapat dipisahkan dari kehidupan real. Fakta adanya ketidakadilan dan penindasan
sebagai hal yang bertentangan dengan iman akan Yesus Krstus.
Mitra dialog teologi pembebasan adalah kaum miskin
yang diinjak-injak martabatnya. Teolog hadir karena kasih, “kasih yang
sungguh-sungguh hadir untuk membebaskan.” Orang Amerika Latin adalah kaum
tertindas yang selalu berdoa untuk pembebasan.
Perjuangan pembebasan ada dalam konteks Kerajaan
Allah. Kerajaan Allah secara nyata dihadirkan, sebagai anugrah Alla yang harus
dialami sejak berada di dunia. Perjuangan pembebebasan mencakup dimensi
kontemplatif (doa), intelektus dan tingkat hati dan realitas nyata. Lewat
spiritualitas pembebasan inilah, ditumbuhkan dan dikembangkan rasa akan Allah
sebagai yang memberikan sumber kegembiraan secara real dan nyata.
Teologi pembebasan pertama-tama harus mengekplisitkan
nilai-nilai iman, harapan dan kasih yang memberi inspirasi kepada praksis
meningkatkan orang Kristiani memiliki komitmen pada orang miskin dan menjadi
anggota istimewa Kerajaan Allah.
Dua langkah dalam
berteologi: pertama, iman yang
dihadapi dan yang mengungkapkan diri dalam doa dan komitmen (ada praksis dan
iman). Kedua, refleksi, (discernment) menimbang mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang membebaskan dan mana yang menindas, atas praksis
dan komitmen yang ada. Teologi pembebasan menghubungkan “ortodoksi dan
ortopraksi.”
Berangkat dari praksis, teologi mencoba merumuskan
suatu bahasan untuk berbicara mengenai Allah. Membahasakan Allah yang mencintai
orang miskin dalam keadaan derita. Apa arti kebangkitan bagi orang –orang miskin,
tertindas dan dalam budaya kematian. Melakukan refleksi teologi atas situasi
zaman, nyata.
Teologi pembebasan Feminis, Eropa, Latin, Afrika atau
apa saja teologinya memiliki sejarah dan konteks. Semua aliran teologi
pembebasan disatukan semuanya dalam istilah-istilah teologi pembebasan. Yakni
teologi pembebasan dinyatakan oleh Anak Yang Tunggal, Anak Tunggal Allah.
Dunia Kemiskinan
Keberadaan kaum miskin dan perjuangan menghormati
martabat mereka semakin meluas, tidak hanya di Amerika Latin, tetapi juga
Afrika dan Asia. Kategori kaum miskin adalah golongan-golongan minoritas dan
segi ras suatu negara, misalnya orang-orang Negro, Hispanik, India Amerika,
Arab, termasuk juga kaum perempuan. Fakta ini menjadi refleksi teolog
pembebasan.
Dunia kaum miskin bersifat kompleks, meliputi banyak
dimensi dan aspek. Karena itu, butuh analisis sosial, analisis struktutal.
Namun yang jelas bahwa dalam konteks kekinian terjadi korban dari ketidakadilan
dan penindasan. Karena itu ilmu sosial memberikan sumbangsi pada teologi
pembebasan, bukan secara keseluruhan melainkan bagaimana Injil diwartakan,
bukan mendukung “materialisme dan
hedonisme” semata yang mendewakan harta kekayaan, atau ideologi tertentu,
melainkan sebagai pisau analisa untuk secara netral mewartakan Injil bagi
pembebasan manusia.
Para Uskup Amerika Latin “Medellin” tiga arti dari kemiskinan. Pertama, kamiskinan dalam arti yang jelek yang tidak dikehendaki
oleh Allah. Kedua, kemiskian rohani
dalam arti kurangnya kesiapsediaan untuk melakukan kehendak Tuhan. Ketiga, solidaritas kaum miskin yang
diteladankan dengan protes terhadap sistuasi-situasi di mana orang miskin
menderita, “profrential Option for the
Poor.” Allah memilih orang miskin. Seluruh Alkitab menunjukkan kasih Allah
kepada orang miskin. Paus Fransiskus mengatakan, “kaum miskin adalah paspor ke
Surga.”
Evangelisasi
Teologi pembebasan berfungsi mengartikan “evangelisasi” (mewartakan Injil) bagi
rakyat Amarika Latin. Misi evangelisasi adalah misi pembebasan. Arti
evangeliasi, “prefrantial option for the
poor” harus diartikan secara tepat diwartakan secara nyata.
Teologi pembebasan membahasakan keselamatan dari
Kristus dengan terminologi pembebasan. Pendekatan mendengarkan jeritan, keluh
kesah dari berjuta-juta manusia yang merindukan pembebasan. Kerinduan pembebasan
ini juga ditekankan oleh Paus Yohanes Paulus II kepada uskup di Brasil.
Kerinduan akan pembebasan merupakan tanda kehadiran aktif Roh Tuhan.
Pembebasan dimengerti secara komprehensif, integral.
Tiga dimensi pembebasan: pertama,
Pembebasan dari situasi penindasan sitausi dan merginalisasi dalam segala
bentuk. Kedua, pembebasan dalam arti
transformasi personal yang membawa kepada pembebasan batin. Ketiga, pembebasan dari dosa sebagai
akar dari segala bentuk penindasan dan perbudakan, sebab dosa merusak
persahabatan dengan Allah dan sesama manusia. pembebasan dari bentuk-bentuk
ketidak adilan dan penindasan mendambakan hubungan dengan Tuhan dan sesama.
Pembebasan tidak hanya bersifat ekonomi, sosial,
kultural, politik tetapi harus seluruh dimensi pribadi manusia. Evangelisasi kepada
orang miskin, mengusahakan pembebasan. Gereja mulai melepaskan kedekatan dengan
mereka yang kaya dan berkuasa, perusahaan dan rela melepaskan hak istimewa demi
pembebasan.
Bentuk konkrit dari Gereja orang miskin adalah
tumbuhnya komunitas-komunitas Basis Gerejani. Komunitas-komunitas ini merupakan
manifestasi Gereja miskin di Amerika Latin. Dengan demikian Injil dibuat
menjadi lebih dekat bahkan milik orang miskin sendiri sebagai Injil Pembebasan,
Injil Kebahagiaan. Orang miskin menjadi subjek dari evangelisasi.
Kenyataan hidup untuk melayani dan membela kaum miskin
diperhadapkan kepada penganiayaan dan kemartiran. Misalnya, enam pastor yang
dibunuh di El Savador dan Uskup Oscar Romero ditembak mati karena ketegasannya
membela orang miskin. Tindakan kepahlawanan, kemartiran merupakan kepenuhan
hidup, yakni perjumpaan bebas-merdeka dengan Tuhan.
Konteks Kritis
Setiap manusia membutuhkan kebebasan. Kebebasan
merupakan kodrat yang telah ada sejak diciptakan. Menekan atau mengalienasi
dari kebebasan merupakan bentuk penindasan terhadap martabat manusia. Kebebasan
berhubungan dengan kehendak bebas, dan hal ini berhubungan pula dengan
penciptaan. Allah menciptakan manusia untuk merayakan kebebasan. Allah juga menciptakan
untuk melangsungkan hidup secara bebas sebagai manusia tanpa tekanan.
Kebebasan menunjukkan kesetaraan dan terwujudnya
keadilan kemanusiaan. Manusia semestinya saling memperlakukan sebagai manusia
dan hidup saling memerdekaan. Karena itu terhadap dosa, sekaligus
kecenderungan-kecenderungannya harus dilawan, harus diberhentikan. Demi
pembebasan manusia itulah Allah mengutus Yesus. Yesus memeperebutkan manusia
dari penindasan, dosa dan kematian kepada kehidupan dan kemerdekaan sebagai
anak-anak Allah.
Untuk mempersebutkan manusia kepada kemerdekaan
membutuhkan usaha-usaha konkrit dari manusia untuk mengubah. Tokoh-tokoh yang
memperjuangkan kemanusiaan, membuat manusia
yang miskin dan menderita merasakan kemanusiaan. Tokoh seperti Mother Tressa
dari Calkuta, Oskar Romero, juga para teolog pembebas mesti menjadi pegangan
dalam proses revolusi ini. Tuhan menciptakan kebebasan dan Tuhan yang
menghendaki Kebebasan akan mendampingi setiap pejuang kebebasan.
Komentar
Posting Komentar