YESUS, ORANG MISKIN DAN PENDOSA

YESUS MENCINTAI ORANG
MISKIN DAN PENDOSA
“Dalam karya penyelamatan-Nya, Yesus mendahulukan
orang-orang miskin, berdosa dan tersingkir”



Cerita Seminar Tentang Kemiskinan
Di Kota “Didigagatouwo” diadakan seminar sehari tentang kemiskinan. Seminar tersebut cukup mendapat perhatian masyarakat, terbukati jumlah yang menghadiri seminar tersebut cukup banyak. Ada beberapa pembicara yang menyampaikan makalah tentang kemiskinan. Ada pejabat pemerintah, ahli ekonomi, pengusaha dan tokoh agama. Ada yang menyoroti kemiskinan dari sudut ketidakadilan, ada yang melihat kemiskinan dari pihak si miskin yang dianggap pemalas untuk bersusaha, di samping itu, ada juga yang mempersoalkan kemiskinan akibat didak mendapat kesempatan kerja, sehingga sulit keluar dari keadaan miskin.
Selama seminar itu, para peserta juga diberi waktu untuk menanggapi gagasan-gagasan yang disampaikan oleh pada pembicara. Seminar tersebut berjalan cukup hangat kerena terjadi diskusi dan saling pendapat di antara para hadirin, maka mereka sepakat bahwa kemiskinan harus dibrantas karena kemiskinan merendahkan martabat manusia.
Peserta merasa puas mengikuti seminar tersebut, walaupun harus membayar untuk konsumsi dan makalah. Seminar ditutup dengan makan bersama. Mereka pulang dengan membawa setumpuk makalah dan niat-niat baik.
Beberapa bulan setelah seminar, kemiskinan di kota itu tetap saja terjadi keadaannya seperti sebelum diadakannya seminar, jumlah penganggur tidak semakin munyusut, malah cenderung meningkat. Mengapa bisa demikian?
Waktu seminar, para peserta aktif membicarakan kemiskinan yang melanda kota itu. Tetapi setelah pulang dari seminar, mereka umumnya tidak banyak berbuat. Kemiskinan memang enak untuk dibicarakan, tetapi berat bila harus ikut untuk mengentaskan.
Orang Miskin Pada Zaman Yesus
Mujizat yang dibuat Yesus kebanyakan diperuntukkan bagi orang yang secara fisik lemah. Yesus tidak membicarakan kemiskinan dengan murid-murid-Nya, tetapi langsung bertindakan membebaskan kemiskinan. Kepada dua orang yang disuruh Yohanes bertemu Yesus, Ia menjawab: Apa yang kamu lihat dan kamu dengan: “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar gembira” (Luk, 7:22-23). Yang bisa anda pertanyakan berhubungan dengan itu ialah: siapa yang dimaksud dengan “orang miskin” dan mengapa Yesus mendahulukan mereka?
Dalam Kitab Suci, yang dimaksud dengan “orang miskin” ialah mereka yang secara material miskin. Mereka tidak hanya tanpa milik, melainkan juga tidak berpendidikan. Mereka tidak mempunyai tempat dalam masyarakat dan tidak terpandang. Yang cukup mengesangkan dalam kutipan (Luk, 22-23) di atas, orang miskin tersebut bersama dengan orang buta, orang lumpuh, orang kusta, dan orang tuli. Mereka ini semua tergolong orang yang tertindas dan tak bisa membela diri. Mereka miskin dalam arti harta benda dan social. Karena miskin itulah mereka menjadi pengemis.
Pada zaman Yesus kehidupan orang di Palestina tidak hanya berat, tetapi sungguh-sungguh miskin. Harta kekayaan rakyat dihisap oleh penjajah Roma, terutama lewat berbagai macam pajak. Rakyat benci terhadap penjajah, termasuk juga membenci para pemungut pajak karena mereka dianggap antek penjajah dan dianggap sebagai pendosa.
Apakah Yesus juga miskin? Yesus sejak lahir sudah miskin, Penginjil Lukas menceritakan bahwa sesudah kelahirannya, Ia “dibaringkan di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk. 2:7)
Terhadap diri-Nya sendiri, Yesus berkata; “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi anak manusia tidak  mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat. 8:20). Oleh karena itu kalau Paulus berkata, “Ia menjadi miskin, sekalipun Ia kaya” (1 Kor. 89) jelas bahwa Yesus sungguh-sungguh solider dan senasib dengan orang-orang miskin. Mengapa Yesus mengutamakan orang-orang miskin? Adalah penting untuk memahami arti suatu teologi pembebasan bahwa Yesus adalah sang Pembebas;
“Dalam Kuasa Roh Kudus kembalilah Yesus ke Galilea dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah ini. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ semua orang memuji Dia, kata-Nya: Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberikan pembebasan bagi orang-orang tahanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun kesukaan Tuhan telah datang” (Luk, 4:18-19)
Dalam kutipan itu dikatakan bahwa “kabar baik” mengenai keselamatan itu terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang miskin, yakni rakyat kebanyakan yang oleh orang-orang berkuasa dan pemimpin agama sering ditindas dan dihina. Mereka tidak dapat membela diri. Dalam situasi ketidakberdayaan itulah, orang-orang  miskin hanya berharap kepada Tuhan saja. Kepada merekalah Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Yesus melalui sabda dan karya-Nya, Yesus memberikan daya baru bagi orang-orang miskin untuk berjuang membebaskan diri dari lembah penderitaan.
Orang Berdosa
Di samping kepada orang miskin, keselamatan juga diperuntukkan bagi orang yang tercemar atau berdosa. Orang-orang yang dianggap berdosa oleh masyarakat pada saat itu praktis juga disingkirkan dari pergaulan. Yesus menaruh perhatian khusus kepada mereka.
Sekali peristiwa Yesus dijamu oleh beberapa pemungut cukai (artinya: pendosa). Kaum Farisi mendengar hal itu, lalu mereka mengatakan kepada para murid, “Ia makan bersama-sama orang berdosa.” Bagaimana jawab Yesus? “Aku datang bukan untuk memanggil orang-orang benar, melainkan orang berdosa” (bdk. Mrk, 2:13-17).
Tantangan Yang Dihadapi Yesus
Melalui sabda dan karya Yesus, sudah banyak orang yang diselamatkan, termasuk yang miskin dan pendosa. Namun demikian, tidak semua orang senang dan setuju dengan tindakan Yesus itu. Bahkan ada yang anti terhadap Yesus, meskipun mereka tahu bahwa Yesus berbuat baik di mana-mana. Mereka berusaha mencari alasan untuk menjerat Yesus agar bisa disalahkan. Sikap anti terhadap Yesus itu terutama datang dari orang-orang Farisi dan ahli kitab. Misalnya Yesus menghadapi tantangan dari orang Farisi ketika Ia menyembuhkan orang sakit, (lih. Luk, 6:6-11).
Lukas menceritakan bahwa Yesus pada hari Sabat juga melakukan banyak penyembuhan. Hari Sabat bagi orang Yahudi merupakan hari khusus dan orang tidak boleh melakukan pekerjaan yang dilarang. Karena Yesus melakukan kebaikan pada hari Sabat, maka orang-orang Farisi ingin menjebaknya. Tetapi, Yesus dapat mempertanggungjawabkan perbuatan-Nya, sehingga orang Farisi menjadi bingung sendiri dan sulit menemukan kesalahan Yesus. Karena pada dasarnya memang menolak Yesus, maka mereka naik pitam dan mempertimbangkan apa yang akan dilakukan untuk memperkarakan Yesus. Pada haris Sabat Yesus berbuat kebaikan, dan pada hari Sabat pula orang-orang Farisi merencanakan kejahatan. Yesus sungguh luar biasa, dan pembebas.
Membela Orang Kecil Dan Tertindas = Melawan Arus
Kasih, perhatian, pengampunan merupakan keutamaan yang dibutuhkan setiap orang. Sebab kasih, perhatian dan pengampunan sungguh membebaskan manusia. Betapa sedihnya seorang murid yang tidak mendapat perhatian gurunya; atau anak-anak yang kurang mendapat kasih dari orang tuanya.
Dalam masyarakat, masih saja kita jumpai sikap-sikap yang berlawanan dengan kasih, perhatian dan pengampunan terhadap orang yang dianggap punya kesalahan. Meski orang yang bersalah itu sudah bebas dari hukuman, tetapi di mata masyarakat, orang tersebut dianggapnya ‘cacat.’ Demikian juga dalam pergaulan sehari-hari, orang ‘berada’ atau kaya biasanya lebih mendapat perhatian dan perlakuan istimewa. Sedangkan orang ‘miskin’ kurang mendapa tempat dalam masyarakat. Orang miskin, orang bersalah, orang cacat, orang kecil rasanya seperti ‘terbuang’ dari masyarakat.
Memperhatikan orang miskin, orang kecil, orang cacat, apalagi sampai memperjuangkan nasibnya… sering dicurigai, dituduh menghasut dan melanggar hokum. Malah bisa “distigma” GPK (Gerakan Pengacau Keamanan). Memang sungguh berat hidup solider dengan orang-orang kacil dan tertindas, padahal beriman Katolik itu harus menaruh perhatian kepada orang kecil dan tertindas sebagaimana yang dilakukan Yesus, sang Juruslamat dan Pembebas Kita. Sanggupkah mengikuti Yesus Sang guru sejati membebaskan orang-orang tertindas di negeri kita?

AG. Hardjana, dkk., Mengikuti Yesus Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 127-133

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPACARA REKONSILIASI DI PAROKI SALIB SUCI MADI

VERONIKA MENDAPAT GAMBAR WAJAH YESUS