REFLEKSI ULANG TAHUN IPMAPAPARA MALANG

KISAH TERHARU YANG MENGHARUMKAN
(AKU CINTA KAMU SEMUA)
(Fr. Magoo)



Di penghujung ibadah HUT Ikatana Pelajar Mahasiswa Papua Paniai Raya (IPMAPAPARA) Malang, 05/12,2017 Kue Ulang tahun ternodai deraian air mata. Daraian air mata ke luar karena terharu, merasa ada kedekatan jiwa, sebagai sesuku, sebangsa. Ungkapan kebanggaan tidak bisa diungkapkan hanya sebatas bahasa verbal, langsung. Pengungkapan persahabatan, pengungkapan kebahagiaan harung diungkapkan melalui air mata. Air mata mengajak untuk anak-anak IPMAPAPARA saling menjaga dan mengembangkan sebagai satu keluarga, satu darah yang sedang menganyam pendidikan bersama di tanah rantau.
Penjelasan motto IPMAPAPARA “we are one” merupakan puncak dari air mata yang dijatuhkan. Kita adalah satu. Ketika kita menjadi satu, tidak ada manusia yang dapat memisahkan. Kita menjadi satu berarti jangan ada dua, apalagi tiga atau lebih. Tanda menjadi satu berarti jangan satu membuat gerakan tambahan. Gerakan tambahan yang dimaksud adalah melakukan tindakan-tindakan yang memperparah roda organisasi IPMAPAPARA. Tindakan-tindakan yang menghancurkan nama baik, harus dihentikan. Kita adalah satu, kita mengenakan satu warna, kita membentuk satu persekutuan.
Ketika kita menjadi satu maka kita semua merasakan persatuan itu secara nyata. Artinya, jika satu lapar semua harus lapar, jika satu makan semua harus makan. Jika satu tersesat semua bertanggung jawab untuk mengembalikan ke tujuan awal kedatangan, yakni untuk belajar. Kesatuan kita tercipta ketika ada kerja sama dan saling menghargai.
Bagaimana IPMAPAPARA menjadi garam dan terang, kembali kepada anggota IPMAPAPARA, mulai dari pengurus hingga angota. Kesatuan tercipta ketika ada keterbukaan, kejujuran,  kerendahan hati, keadilan dan kebijaksaan. Nilai-nilai ini mengalir dari seorang manusia yang antara ilmu, iman dan moral terintegrasi. Nilai-nilai seperti jujur, adil, terbuka, kerja sama, saling menghargai dan lain-lain adalah tindakan konkret dari bagaimana menjadi garam dan terang. Garam untuk menyangkal setan dan tindakan-tindakan setan. Sedangkan terang adalah penghalau kegelapan dan tindakan-tindakan yang mendatangkan kegelapan.
Tangisan dan deraian air mata tumpah hanya karena cinta, hanya demi sebuah perubahan dan berdampak pada kemerdekaan. Kita menginginkan perubahan, perbaikan, pembaharuan. Kita tidak mau tinggal dalam dunia alienasi dan kepalsuan, yakni santai, bermain-main, hiburan-hiburan tanpa makna, dll. Sebab ketika  tidak menjadi terang, orang lain tidak akan pernah menemukan terang di dalam diri kita, bahkan kita tidak akan menerangi orang-orang yang ada dalam kegelapan, dalam isak dan tangis. Bahkan kegelapan yang mengerikan itu dialami bertahun-tahun bagi rakyat Papua. Demikian juga, jika kita tidak memiliki garam kita tidak  akan mengasingkan. Artinya rasanya semua biasa-biasa, termasuk kamatian dan penindasan dilihat biasa-biasa, dapat dikompromi dan dianggap hal yang lumrah. Tanpa garam kita tidak akan bisa menyangkal setan dan tindakan-tindakan setan yang mendatangkan penderitaan, dosa dan kematian.
Kapan garam dan terang mau dicari? Bagaimana terang dan garam itu hendak diperoleh? Sayang seribu sayang, tangisan dan air mataku tetap bertahan hingga menuai kepunahan. Tangisan dan air mataku hanya menjadi sia-sia. Saya berharap, semoga air mataku menjadi air berkat bagi pertumbuhan IPMAPAPARA Malang lebih baik. Sehingga air mata yang mengharukan membawa keharuman bagi IPMAPAPARA secara khusus dan  bangsa Papua pada umumnya. We Are One.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

YESUS, ORANG MISKIN DAN PENDOSA

UPACARA REKONSILIASI DI PAROKI SALIB SUCI MADI

VERONIKA MENDAPAT GAMBAR WAJAH YESUS