MARIA BUNDA ALLAH DAN BUNDA GEREJA
MARIA
BUNDA ALLAH DAN BUNDA GEREJA
(Suatu
refleksi Antropologi-Biblis)
(Goo, Egedy)
Keyword: “Maria bunda Allah,
Bunda Gereja, kita atau mama, mama atau tanah dan kehidupan”
PENGANTAR
Siapa itu Maria? Pertanyaan ini gampang
dengan menjawab Maria itu ibu Yesus. Jawabannya benar, namun tidak hanya
sebatas itu. Tentangnya kita harus mempelajari lebih dalam, masuk dalam
misteri-misteri kehadirannya sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja. Misteri
kehidupan, atau kehadiran menjadi bentuk “Kesaksian iman” yang wajib dituruti
oleh orang Kristen. Dalam diri bunda Maria terpampang misteri kehidupan manusia
dan sarana penyelamatan manusia. Hanya dengan bercermin, berguru dan berpedoman
pada iman Maria, setiap manusia Kristen akan memperoleh kehidupan kekal.
Maria
Bunda Allah (Teotokos)
Mengapa Maria itu dikatakan sebagai
Bunda Allah? Maria dikatakan sebagai Bunda Allah karena Maria telah menjadi
ibunda Yesus (Allah Putera) Anak Allah. Maria menjadi bunda Allah dengan dasar
“Kerelaan Iman” kepada Allah. Kerelaan iman Maria adalah apa pun resiko, apapun
tantangan, apa pun konsekuensi sekalipun korban nyawa sendiri, ia memasrahkan
diri semuanya kepada kehendak Tuhan (bdk.
Luk 1:38).
Kerelaan iman menuntun Maria menjadi
manusia Allah. Artinya, Maria Mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah
yang mengagumkan. Di mana ia menjadi pribadi kedua yang menanggapi penggilan
penyelamatan, sesudah Yesus Putera kandungnya.
Maria dalam kemanusiaan dan
kesederhanaan sebagai perempuan kampung, menyerahkan diri sepenuhnya pada
penyelenggaraan ilahi. Maria menjadi bunda Allah karena ia mengandung Allah
(Yesus) dalam rahimnya. Ia membawa Allah selama Sembilan bulan dalam rahimnya
dengan kesederhanaanya sebagai gadis kampung. Apa yang dapat kita pelajari dari
“kerelaan iman” Maria ini?
Maria
Bunda Gereja (Iniukai)
Mengapa Maria dikatakan sebagai Bunda
Gereja? Sebelum menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita mengetahui apa
artinya Gereja. Sejak Konsili Vatikan II “tubuh manusia” dipahami sebagai
Gereja yang hidup. Gereja adalah tubuh kita sendiri. Jadi, yang dimaksud dengan
Maria bunda Gereja adalah Bunda Kita, bunda setiap manusia.
Maria Bunda Gereja/Kita karena kita
adalah saudara-saudara Yesus. Di mana Yesus menjadi Kakak kita. Kakak yang
selalu menyertai kita dalam peziarahan. Karena Yesus adalah saudara kita, maka
Maria menjadi Bunda Kita. Dengan mengakui Maria sebagai Bunda Kita, Yesus
menjadi saudara kita. Sebaliknya, jika kita tidak mengakui Maria sebagai Bunda
Yesus, Yesus tidak menjadi saudara kita.
Maria dikatakan Bunda Kita karena Maria
hadir bersama, menuntun Gereja dalam peziarahan menuju Allah Bapa. Bunda Maria
tidak pernah meninggalkan Gereja Kristus Puteranya. Ia hadir menjadi Bunda yang
berbelaskasih, bunda Penolong, bunda Pendoa. Ia mempengantarai manusia dengan
Yesus Puteranya. Maria juga mengalami atau menjalani kehidupan sebagai manusia
semesta.
a Maria Bunda Yang
Bergembira; Mengapa Maria dikatakan Bunda
Bergembira? Maria dikatakan Bunda Bergembira karena ia mengandung Yesus Putera
Allah. Kehadiran Yesus dalam rahimnya, memberikan kesan tersendiri yang amat
mendalam, bahwa Allah memperhitungkan Maria dalam karya keselamatan. Kehadiran
Allah dalam rahimnya berdampak pada perubahan sikap dan mental dalam hidupnya.
Perutama perubahan iman. Karena Allah mewahyukan karya agung dalam dirinya.
Perasaan gembira timbul
secara otomatis dalam dirinya karena bejana kerapuhan diperhitungkan Allah
sebagai sarana penyelamatan Manusia secara universal. Allah menjadikan tubuhnya
penuh makna, bahkan diilahikan melalui kehadiran Allah dalam dirinya. Kehadiran
Allah merupakan suatu “berita menggembirakan” yang tak dapat dipahami secara
manusiawi.
Kegembiraan tersebut
berpuncak pada kehadiran, penghiburan sekaligus pemberitahuan para Malaikat
bahwa Yang dikadung adalah Anak Allah dari Roh Kudus, (bdk, Mat 1:18,20). Kehadiran dan pelawatan Yesus adalah suatu
berita yang menggembirakan dan membebaskan. Perasaan itulah yang dialami,
dirasakan secara personal oleh Perawan Maria. Mengapa dia dapat menerima Yesus
dalam (rahim) dirinya? Bagaimana menerima Allah dalam diri kita, sebab hanya
dengan kehadiran Allah kita akan memperoleh, mendapatkan (rahmat) berita
menggembirakan sebagai pembebasan Allah.
b Maria Bunda Yang
Terluka; Mengapa Maria dikatakan Bunda Terluka?
Maria dikatakan Bunda terluka karena menyaksikan semua penderitaan yang dialami
Yesus Puteranya. Luka bunda Maria berawal dari mengandung Yesus di luar
pernikahan. Sebab saat itu, orang Yahudi biasanya melempar batu sampai mati
perempuan yang hamil di luar pernikahan.
Kesusahannya untuk mencari tempat aman untuk bersaling. Sesudah itu mencari
tempat untuk menyembunyikan Yesus dari pengejaran raja Herodes. Penderitaannya yang berpuncak pada palang
penghinaan (kayu salib).
Luka paling dalam dari
bunda Maria dialami dalam peristiwa penyaliban Yesus Puteranya kisah penyaliban
Yesus. Segala bentuk penderaan, penyiksaan, pencemohaan, penghinaan, pemukulan,
penghujatan, penghianatan yang diterima Yesus disaksikan ibunda-Nya dengan mata
kepala sendiri. Di mana tubuh yang kekar-perkasa disiksa hingga mukanya tidak
berbentuk manusia.
Betapa menyakitkan,
merabik hati sang ibunda menyaksikan penderitaan paling keji itu. Ibunda-Nya
tak tegah menyaksikan semua tindakan tidak manusiawi itu. Tubuhnya yang utuh
diguyur darah segar, bahkan muka-Nya pun tak berbentuk manusia. Kepala
bermahkotakan duri, lambung yang ditikam dengan tombok dilihatnya dengan mata
telanjang sang ibu-Nya. Siapa dapat bertahan menyaksikan semua itu? Hanya bunda
Maria karena imannya yang mendalam dan tak tergoyangkan.
Maria Bunda Yang Mulia; Ternyata luka dan derita bukanlah kekal, bukanlah yang berkuasa. Bahkan kematian pun bukan merupakan sesuatu yang menakutkan. Maria yang tadinya terluka, tersakiti hatinya karena menyaksikan Puteranya dalam jalan salib menuju Golgota, kini harus mendapatkan pahala. Imannya membuahkan hasil keselamatan. Yakni, peristiwa kebangkitan Puteranya merupakan awal Maria merasakan pelawatan Allah. Pemuliaan Yesus Puteranya oleh Bapa-Nya merupakan suatu peristiwa Mulia yang menyembuhkan hati terluka sang bunda Maria, Perawan tak bernoda, gadis bersahaja yang dipilih oleh Allah.
Maria Bunda Yang Mulia; Ternyata luka dan derita bukanlah kekal, bukanlah yang berkuasa. Bahkan kematian pun bukan merupakan sesuatu yang menakutkan. Maria yang tadinya terluka, tersakiti hatinya karena menyaksikan Puteranya dalam jalan salib menuju Golgota, kini harus mendapatkan pahala. Imannya membuahkan hasil keselamatan. Yakni, peristiwa kebangkitan Puteranya merupakan awal Maria merasakan pelawatan Allah. Pemuliaan Yesus Puteranya oleh Bapa-Nya merupakan suatu peristiwa Mulia yang menyembuhkan hati terluka sang bunda Maria, Perawan tak bernoda, gadis bersahaja yang dipilih oleh Allah.
Kebangkitan Yesus
merupakan suatu kebanggaan, sekaligus penguatan iman dan pengharapan yang pasti
tentang kehendak Allah yang diyakininya selama hidup. Ungkapan, “sesungguhnya
aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu,” (lih, Luk 1:38) merupakan suatu
penyerahan diri pada penyelenggaraan ilahi. Keyakinan ini tampak ketika
mendengar berita bahwa Yesus Puteranya sudah bangkit. Yesus Puteranya telah
dimuliakan Allah, mengatasi segala dewata. Tanda kebangkitan menguatkan
kembali, terutama menyembuhkan kembali segala luka, segala kecemasan dan
kekecewaan yang dialami dalam peritiwa penyeliban.
Puncak kemuliaan
dirasakannya saat dirinya mengalami kemuliaan, mendapatkan rahmat kehidupan
kekal. Gereja secara universal meyakini Maria tidak pernah meninggal,
sebaliknya Maria naik ke Surga dengan seluruh jiwa raganya. Pemuliaan Maria
biasanya dirayakan umat Kristiani dalam perayaan Maria Terangkat ke Surga
setiap 15 Agustus.
Maria terangkat ke surga dengan jiwa dan
raganya karena imannya. Ia menyerahkan seluruh dirinya pada tugas perutusan.
Yakni, menerima Yesus secara total dari dalam rahimnya sampai rahim bumi (tiga
malam dalam makam). Bahkan menjadi saksi mata akan kebangkitan, sebab Ia
melihat Yesus yang bangkit dalam kehidupan, terutama
penampakan-panampakan.
REFLEKSI
KONTEKSTUAL TENTANG BUNDA MARIA: MIYO MAKI NOUKAI
Yesus harus mengenakan tubuh seorang
manusia (masuk dalam waktu). Ia juga harus masuk kembali dalam rahim bumi (noukai) selama tiga malam sebelum kembali
kepada Bapa-Nya. Kita berdovosi kepada bunda Maria supaya kita mengikuti
imannya. Imannya yang berujung kepada kebangkitan dan pemuliaan Allah.
PENUTUP
Kini kita memahami bahwa tujuan doa
kita, baik Rosario atau Devosi 3 Kali Salam Maria bukanlah bunda Maria,
melainkan hanya kepada Allah. Devosi kita kepada bunda Maria hanya untuk
menghormati karya-karyanya, yakni menerima Yesus Penyelamat manusia. Doa kita
kepada bunda Maria supaya doa-doa kita diantarkan kepada Yesus Puteranya,
supaya dikabulkan oleh Allah dalam kehendak-Nya yang termulia.
Sebagaimana layaknya kita menghormati
atau menghargai Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Kita, kita pun turut menghargai
setiap mama yang melahirkan kehidupan. Di mana tanah (maki) juga adalah seorang
mama yang turut memelihara dan menghidupkan kehidupan. Bahwa tanpa mama (maki)
tidak pernah ada kehidupan. Sebaliknya manusia akan merasakan kemanusiaan dan
kehidupan, hanya bersama dan dalam kebersatuan dengan tanah.
Komentar
Posting Komentar