Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

CERPEN: BINTANG FAJAR AKAN BERSINAR

Gambar
BINTANG FAJAR AKAN BERSINAR Foto: Ilustrasi Di malam yang sepih, di atas gunung Sygloap, duduklah Buna merenung derap langkah kehidupan manusia Papua. Ada juga di sampingnya sang kekasihnya, namanya Makii. Di malam itu yang ada gelapnya malam dan angin sepoi-sepoi yang menembusi tubuh mereka. Dalam benak mereka, mereka hanya memikirkan nasib hidup manusia Papua. Karena untuk itulah mereka naik ke gunung Sygloap.  Mereka duduk bermenung kira-kira tiga jam lamanya dalam sepinya malam itu. Mereka duduk tanpa kata, lagi suara. Keduanya saling menyapa dengan senyum dan kontak batin. Bunyi angin dan kekelaman malam menjadi saksi di malam kesendirian mereka. Mereka masuk dalam nadi kehidupan manusia Papua. Mereka merasakan secara sungguh-sungguh kepedihan yang dialami manusia Papua. Mereka memikirkan kehidupan manusia Papua. Mereka melihat secara riil apa yang terjadi di atas manusia Papua dan tanah Papua. Dalam beningnya malam yang menggeramkan, sang kekasihnya menyahut,  “B

PUISI

Gambar
SURGAKU Foto: saat Natal Sejawa-Bali di Joglo  Goo, Egedy Dalam dekapan jiwa Dalam mata yang terpejam Kumasuk sendi kehidupan Kubergumam, tanyaku: Di mana Surgaku? Di mana dapat kutemukannya? Di dunia maju? Atau di dunia berkembang? Di tempat kumuh? Atau mungkin di sini? Mungkin juga sana? Kuterus bertanya, Seandainya surga itu ada Surga itu harus berwujud Kuharus alami saat ini Di sini juga Namun, inikah surga itu? Penderitaan tiada henti Kematian makin merantai Kelaparan makin meluas Kemusnahan makin menjadi-jadi Surga pun hampir menghilang Katanya surga, Namun yang empunya tidak menyadarinya Katanya surga Namun yang empunya menolaknya Katanya surga Namun yang empunya menjualnya Surga telah tergadai Surga bukan lagi miliknya Surga telah milik orang lain Pemilik surga menjadi penonton setia Pemilik hampir menuai kemusnahan Derita... Sakit.... Penyakit... Lapar... Mati.... Adalah makananya setiap saat Inikah Surga? Entalah! Ke m

IBADAH SYUKURAN WISUDA 28 APRIL 2018, MALANG

Gambar
SYUKUR ATAS DIWISUDAKANNYA 10 MAHASISWA PAPUA DI KAMPUS UNITRI MALANG Foto: Saat Ibadah Syukuran “Dalam menyukuri keberhasilan 10 anak Papua yang diwisudakan hari ini 28 April 2018 dari Kampus UNITRI Malang, Evangelis, Anastasia Sareo memimpin ibadah syukur ini.  Ibadah ini dilakukan di Rumah Doa (Ret-ret Karmelitas) Perumahan Giri Palma III Tidar.” Mereka yang diwisudakan di Kampus UNITRI Malang ini, di antaranya  Piter Marian, Nathan Tebay, Yeki Wandik, Orgens Gobai, Melinda Taa, Emiron Wonda, Delista Morip, Yafet Iba, Souteria Lenci Swom dan  Parmin Wenda. Dalam ibadah ini, ibu Anas menekankan pentingnya “takut akan Tuhan.” Ibu Anas menekankan juga keikutsertaan Tuhan dalam mencapai kesuksesan. Diharapkan untuk memiliki penhetahuan yang benar. Jangan iri dengan keberhasilan, kekayaan dan kehidupan orang lain. Evangelis ini juga menyampaikan dalam khotbahnya, untuk mencapai kesuksesan perlu adanya adaptasi terhadap lingkungan hidup yang baru, yakni lingkungan hidup Jawa.

PT. FREEPORT INDONESIA

Gambar
TUTUP PT. FREEPORT INDONESIA: Membuka Ruang Refrendum Bagi Rakyat Papua Marius Goo* Foto. Douwnload dari Fecebook PT. Freeport Indonesia mengeksploitasi alam Papua, khususnya di tanah Amungsa cukup lama. Perjanjian kontrak pun hingga kini masih belum jelas. Masyarakat setempat bukan menjadi pemilik, subjek, namun menjadi objek. Mereka dikorbankan. Bahkan, mama Yosepha Alomang dalam buku “Yosepha Alomang: Pergulatan seorang perempuan Papua melawan penindasan,” yang ditulis oleh Benny Giyai dan Yafet Kambai menceritakan,  rakyat pemilik hak ulayat menjadi korban hanya karena mau mengambil emas. Mama Yosepha secara tegas menyampaikan, demi pengamanan PT. Freeport tidak sedikit militer Indonesia yang dilibatkan. Pemerintah Indonesia pun masih membisu dengan semua kejadian yang terjadi di area PT. Freeport. Sering kali “hanya demi emas Papua, mas Papuanya dikorbankan.” Emas yang  sedang diambil bukannya makin membuat orang Papua makin berkembang, namun sebaliknya orang Papu

TULANG BELULANG MASIH MEMBISU

Gambar
TULANG BELULANG PUN MASIH MEMBISU Goo, Egedy Foto, kasus penembakan di Oneibo Hapir setiap manusia, di segala tempat dam sepanjang masa mengenal apa arti atau makna tentang hidup. Yang paling tertinggi adalah merawat atau menjadikan hidup itu menjadi hidup. Setiap manusia menginginkan kehidupa yang layak. Bahkan ini adalah hak setiap individu dan kodrat. Partisipasi dalam kehidupan Allah, karena Allah adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati. Karena hidup mesti mendapatkan makna paling mendalam dari setiap manusia, terhadap setiap manusia pula, maka hidup merupakan nilai, makna paling tetinggi yang dijunjung tinggi oleh setiap manusia. KONTEKS PAPUA Apa yang sedang terjadi dengan "kehidupan" di Papua? Tentu setiap manusia yang tinggal di Papua merasakannya. Di Papua, nilai kehidupan masih belum mendapatkan makna terdalam bagi kehidupan. Penyebab utama di antaranya: Pertama , Belum memiliki kesadaran yang tinggi akan kehidupan. Orang yang h