YESUS HIKMAT UNTUK MEMPERKOKOH PERSATUAN
YESUS
HIKMAT UNTUK MEMPERKOKOH PERSATUAN:
Napak
Tilas Kegiatan Natal dan Seminar Se-Jawa-Bali dari tanggal 27 Desember 2018 hingga 01 Januari
2019
Oleh,
Marius Goo
Perayaan
Natal dan Seminar Tahun Baru dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa IPMANAPANDODE
(Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire Paniai, Dogiyai dan Deiyai) Sejawa-Bali, diselenggarakan
di Vila Duta Kasih Terawas (Jawa Timur) dari taggal 27 Desember 2018 hingga 01
Januari 2019. Perkiraan peserta mencapai 1000 orang Mahasiswa. Perayaan tahun ini
dikordinir oleh pelajar dan mahasiswa kota studi Malang.
SUKA-DUKA
DALAM KEGIATAN INI
Sebagai
manusia apa pun kegiatan, sekalipun paling kecil tentu saja dapat ditemukan kesalahan
atau kelalaiannya, apalagi kegiatan Natal dan tahun setingkat mahasiswa yang melibatkan
hampir seribuan orang. Dalil ini bukan menutup kesalahan, namun dalam kehidupan
sering ditemukan hal ini di mana-mana. Kelalaian yang terjadi bukan dilupakan,
melainkan diratapi dengan satu sikap “metanoia” demi perubahan, dalam istilah
“lepas-sambut”, secara sederhana melepaskan 2018 dan dambut 2019: dengan
pemahaman apriori tidak mengatakan
tahun 2018 adalah “tidak baik” sedangkan tahun 2019 adalah “yang paling baik”,
melainkan secara batiniah: melepaskan hal-hal “yang buru” dan menyambut atau meningkatkan
“hal-hal yang baik” dalam istilah yang dikenal dalam hampir seluruh kegiatan
Natal dan seminar “perubahan, perbaikan dan persatuan” yang berpuncak pada
tingkat rohani yakni “memperoleh hikmat kekudusan.” Tentang ini akan
direfleksikan lebih dalam di bagian bawah.
Walaupun
terjadi aneka kegagalan dalam perayaan ini, namun toh pada akhirnya “selesai”. Selesainya kegiatan Natal dan Seminar
IPMANAPANDODE Se-JaBa secara tidak langsung mau menunjukkan bahwa “perayaan
Natal dan Tahun Baru” telah dilaksanakan dan pernah mengalami. Maka, yang
menjadi “ratapan” adalah “kenyataan” bahwa masih ada kegagalan-kegagalan kecil
yang menjadi pembelajaran ke depan dan sekaligus menjadi “harapan” walaupun ada
kegagalan “ada kesuksesan” di mana semua acara telah selesai: dengan ilustrasi
“dari sampah akan tumbuh tanaman yang lebat dan menghasilkan buah yang banyak.”
Artinya, biarlah segala kegagalan, kelalaian dan kesalahan yang terjadi dalam
kegiatan ini menjadi suatu pembelajaran untuk ke depan, selanjutnya: apa yang
baik, yang bernilai, yang terindah dan benar, dan berhikmat dan kudus menjadi
satu kekuatan untuk menghadapi badai di tahun 2019 dan seterusnya.
Kegagalan
dan kesuksesan disimpulkan sebagai “pengalaman manusiawi”. Pengalaman itu
merupakan sejarah perjalanan yang diartikan sebagai “jejak atau napak tilas:
satu rekaman akan kehidupan”. Perekaman harus dijalankan mulai dari sekarang
agar sejarah tidak dilupakan. Salah satu caranya adalah dengan “menulis”. Mecatat
secara ketat dan rapih agar menjadi satu dokumen, satu kesaksian nyata tentang
kehidupan, menjadi sebuah pengungkapan realitas. Dalam materi jurnalis pemateri
menekankan “pentingnya pemberitaan, membagikan informasi secara benar dan
jujur” untuk membongkar realitas: demi menjaga kejujuran dan kebenaran tentang
kehidupan. Menulis adalah satu cara perlawanan mencapai puncak kemerdekaan,
untuk melawan lupa dan sekaligus menjadi cermin untuk memantau situasi yang
mendorong ke arah yang lebih baik dan lebih menyelamatkan. Menulis itu butuh
proses latihan yang panjang dan terus-menerus.
Aneka
perlombaan yang diselenggarakan makin membuat para mahasiswa dan pelajar makin
dilatih untuk perlunya meningkatkan daya kreasi dan inovasi, bukan sebatas
membentuk watak “bagaimana mengalahkan orang lain atau lawan.” Jadi perlombaan
bukan pertama dan utama bagaimana saya mendapatkan juara, malainkan bagaimana
saya menjalankan peran, tugas dan fungsi yang diberikan: apakah bertanggung
jawab atau tidak? Apakah sesuai atau tidak? Maka harapan di puncak perlombaan
adalah pemberian diri yang terbaik untuk sesama mahasiswa dan pelajar
(IPMANAPANDODE) Se-JaBa. Jadi perlombaan bukan soal juara atau tidak, melainkan
bagaimana melalui perlombaan itu saya memberikan satu kejutan, satu kreasi dan
inovasi demi membangun kesadaran bersama bahwa “persiapan itu penting”. Yang
dimaksud adalah sebelum berlomba perlu adanya latihan, persiapan, sehingga di
puncak dapat menyumbangkan karya, kreasi yang terbaik. Yang akhirnya, apa yang
terbaik dari karya manusia dapat disatukan dalam karya Allah yang
menyelamatkan.
YESUS
HIKMAT ALLAH UNTUK KEKUDUSAN MANUSIA
Satu
pemahaman apriori bahwa manusia
diciptakan oleh Allah dan berasal dari Allah: karena itu sebagaimana Allah pada
hakekat-Nya kudus maka semua manusia adalah kudus: “gambar dan rupa-Nya
sendiri.” Kehilangan manusia akan kesegembaran dengan Allah – kejatuhan manusia
dalam dosa – makin membuat kasih Allah menjadi makin nyata, yakni Allah
memberikan “hikmat” kepada dunia, ialah Yesus Anak-Nya sendiri.
Yesus
Kristus Hikmat bagi Kita: merupakan tema yang diusung oleh PGI dan KWI
sekaligus menjadi tema Natal IPMANAPANDODE Se-Jawa dan Bali. Yesus (hikmat
Allah) hadir untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia, tidak lain adalah
mengembalikan manusia yang telah kehilangan “kekudusan”, sehingga manusia
kembali bersatu dan bersekutu dengan Allah yang adalah Kudus.
Tema
mengenai “hikmat dan kekudusan” menjadi tema sentral dalam kegiatan Natal
Se-jawa dan Bali tahun ini. Dibicarakan juga secara hangat dan gamblang. Hikmat
dan kekudusan berasal dari Allah dan milik Allah, hikmat dan kekudusan itu
dikaruniakan kepada manusia dan semua manusia diundang untuk tetap tinggal
dalam kekudusan. Hikmat dan kekudusan
ditekankan dalam perayaan-perayaan Natal juga
seminar-seminar: baik secara langsung maupun tidak langsung, bahwa
kekudusan itu milik semua orang dan semua orang harus menghayati kekudusan:
berjuang mempertahankan kekudusan, sekaligus mengembalikannya jika telah
hilang. Tentang kekudusan, secara kultural dalam konteks manusia Mee dapat ditemukan
dalam “Touye Mana: Daa dan Diyo Dou, juga Ooda Owaada.” Hanya dalam kekudusan yang sejati manusia dapat
memerdekakan diri dan orang lain.
Yesus
hikmat Allah ini akan menjadi nyata di jalan dengan meneriakan sebuah
kebebasan, memperjuangkan kekudusan. Kemerdekaan dan kekudusan diperoleh dalam
aksi-aksi konkrit dengan melawan kejahatan, penindasan dan akar-akar dosa yang
menyebabkan korban kematian. Kekudusan diperjuangkan secara nyata, hadir dalam
aksi-aksi tanpa melupakan refleksi dan menyimak literasi-literasi yang
memungkinkan tercapainya kekudusan (kemerdekaan sebagai anak-anak Allah).
HARAPAN
YANG MENJADI REKOMENDASI BERSAMA
Kekudusan
terbentang bagi semua ciptaan dan diperuntukan bagi semua manusia. Kemerdekaan
pun milik semua manusia, hak segala bangsa. Untuk mencapai kekudusan dan atau kemerdekaan
butuh persatuan, butuh solidaritas yang menjadi gerakan sosial, paguyuban. Kekudusan
itu dapat dicapai jika membagikan kekudusan itu kepada sesama, menghidupkan
kekudusan setiap orang, bukan merusak, bahkan menghilangkan. Dengan saling
menjaga kekudusan, akan terjalin persatuan dan persekutuan yang kokoh. Maka,
visi yang dibuat diakhir kegiatan akan menjadi nyata.
Rekomendasinya:
1.
Perlu memiliki visi bersama
2. Tidak jatuh dalam kelalaian atau
kesalahan yang sama (perlunya pertobatan) pembaruan dalam organisasi
(IPMANAPANDODE) Se-JaBa
3.
Perlu menjalin persatuan setiap bidang
dengan keahlian masing-masing
4.
Menjadikan persoalan Papua menjadi
keprihatinan bersama dan bersama-sama mencari solusi dalam aksi-aksi konkrit: salah
satunya membuat Grup WA untuk membangun diskusi bersama.
Komentar
Posting Komentar